Sabtu, 26 November 2011
☆♥ Di Kala Gundah Menyapa ♥☆
♥♥˚◦☆•. (`'•.¸♥♥ ¸.•'´) .• ☆◦˚.♥♥
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sahabat saudaraku fillah..
Sesungguhnya roda kehidupan selalu berputar, kadang di bawah kadang di atas. Terkadang bahagia menghampiri tak jarang pula kesedihan dan kegundahan melanda jiwa. Namun yakinlah saudaraku, tak selamanya kita demikian. Semua butuh waktu dan proses , saat ini yang kita perlukan adalah memahami dan meyakini bahwa Allah pasti memberikan hikmah yang terindah di balik setiap peristiwa.
Ketika direnungkan ternyata ilmu kita amatlah sedikit,terutama ilmu menata hati. Di kala gundah menyapa seringkali nafsu amarah kita yang lebih menguasai dan cenderung menggelincirkan diri dengan pikiran yang kita ada-adakan atau kita dramatisir seolah-olah kita sendirilah di dunia ini yang memiliki masalah. Padahal sesungguhnya boleh jadi orang lain juga memiliki masalah yang sama atau malah lebih besar namun karena mereka mampu menguasai diri akhirnya masalah yang besar itu tak nampak di hadapan kita dan tak membuatnya surut semangat menghadapi kehidupan.
Sahabat saudaraku fillah...
(`*. ♥ Di kala gundah menyapa.. di kala kehendak kita tak sejalan dengan kehendak Allah, biarkan kehendak-Nya yang berjalan di atas kehidupan kita karena sesungguhnya kehendak-Nya adalah kebaikan untuk kita..
(`*. ♥ Ketika keinginan dan rencana kita tak sejalan dengan keinginan dan rencana Allah, yakinlah bahwa skenario yang dirancang oleh Allah lebih indah dibandingkan dengan keinginan dan rencana yang kita rancang ..
(`*. ♥ Di kala gundah menyapa..biarkan tangisan luruh dalam penghambaan diri dengan bersujud pada-Nya bukan tangisan kecewa atas taqdir-Nya tapi kecewa karena terlambat memahami maksud kebaikan-Nya..
(`*. ♥ Ketika harapan dan keinginan kita tak sejalan dengan kehendak-Nya maka pilihlah SABAR dan RIDHA sebagai hiasan diri karena apa yang baik menurut-Nya pasti baik menurut kita..
(`*. ♥ Di kala gundah menyapa karena keinginan tak sesuai dengan skenario-Nya renungkan firman Allah berikut ini :
“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu amat baik bagimu dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Maha Mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al Baqarah : 216).
Sahabat saudaraku fillah.. semoga Allah menganugerahkan kepada kita kemampuan menata hati di kala gundah menyapa.
:::::::♥ Barakallahu fiikum ♥:::::::
Kamis, 03 November 2011
15 Penyebab Bencana
Gempa bumi, tsunami, gunung meletus, bendungan jebol, jembatan ambruk dan masih banyak lagi bencana yang terjadi di sekitar kita. Secara umum kita menyebutnya bencana alam, tapi apakah hanya sampai disana cara berfikir kita? Tentu tidak, dalam hati kita bertanya-tanya, kenapa, ada apa dan lain sebagainya pertanyaan dalam benak kita tentang kejadian alam atau bencana yang akhir-akhir ini terjadi di negara tercinta Indonesia ini, bahkan hampir di semua permukaan bumi ini. Para ilmuwan sering berdalih bahwa bumi ini sudah tua, bahwa ini gejala alam biasa yang terjadi setiap sekian tahun, bahwa ini adalah hal yang tak terduga, dan masih banyak lagi "bahwa-bahwa yang lain". Ada akibat pasti ada sebab, akibatnya terasa oleh manusia, jelas sebabnya juga berasal dari manusia. "Tidak ada suatu perkara yang terjadi kecuali berasal dari diri kita sendiri" begitulah orang bijak menyampaikan. Bahkan Rosululloh SAW pernah mengingatkan umatnya tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda : "Bila umatku sudah melaksanakan 15 perkara maka bencana sudah pasti terjadi, yaitu:
- Bila barang negara sudah diakui/dimiliki oleh orang-orang tertentu;
- Barang amanat jadi Ganimah (temuan);
- Mengeluarkan zakat dianggap musibah bagi sikaya;
- Suami sudah tunduk patuh terhadap istrinya untuk mengerjakan sesuatu yang keluar dari syariat (ajaran islam);
- Anak menyakiti kedua orang tuanya sementara kepada temannya berlaku baik;
- Terjadi permusuhan caci mencaci antara jamaah mesjid karena perbedaan masalah/pendapat yang bukan prinsip yang mereka pegang;
- Diantara yang menjadi memimpin umat baik yang memimpin masyarakat atau agama bukan dari keturunan yang baik-baik;
- Seseorang memuliakan seseorang karena takut kejelekannya bukan karena wibawa atau karena akhlak dan ilmunya;
- Orang mabuk dan maksiat sudah terlihat dimana-mana;
- Seorang pria sudah senang memakai pakaian yang biasanya dipakai wanita;
- Kedua orang tua diperlakukan seperti pembantu di dalam rumah tangga;
- Sarana untuk maksiat tersebar dimana-mana, seperti bar, kasino, diskotik dan warung remang-remang;
- Dancing, dugem dan hiburan yang berbau pornografi dan pornoaksi sudah dianggap kesenian belaka bahkan hiburan yang baik;
- Bila umat akhir zaman sekarang ini sudah mencaci maki dan tidak menghiraukan pendapat-pendapat mereka (para ulama);
- Bila umat akhir zaman semuanya sudah ingin berlomba-lomba menjadi seorang selebritis/penyanyi yang terkenal;
Semua ini mengundang bencana, bila itu sudah terjadi/dilaksanakan oleh penduduk di dunia akan terjadi gempa bumi besar-besaran dan amblasnya suatu tempat/perkampungan ditelan bumi dan datangnya bencana tersebut rajfatan di tengah malam ketika manusia terlelap dalam tidur".
Saatnya kita mengevaluasi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan di sekitar kita, jika 15 perkara tadi sudah jelas didepan mata kita, selayaknya kita sebagai muslim saling mengingatkan dan memperbaiki. Jangan dulu berfikir bagaimana mengubah keadaan dunia, atau mengubah keadaan negara, atau mengubah keadaan masyarakat, atau mengubah keadaan keluarga, tapi mulailah mengubah diri kita sendiri kembali kejalan yang sesuai dengan syariat Islam.
Ingat firman Allah SWT dalam surah Ar-Ruum ayat 41 :
Mudah-mudahan keselamatan dan kedamaian terwujud setelah kita mengusir 15 perkara diatas. Insya Allah...
Saatnya kita mengevaluasi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan di sekitar kita, jika 15 perkara tadi sudah jelas didepan mata kita, selayaknya kita sebagai muslim saling mengingatkan dan memperbaiki. Jangan dulu berfikir bagaimana mengubah keadaan dunia, atau mengubah keadaan negara, atau mengubah keadaan masyarakat, atau mengubah keadaan keluarga, tapi mulailah mengubah diri kita sendiri kembali kejalan yang sesuai dengan syariat Islam.
Ingat firman Allah SWT dalam surah Ar-Ruum ayat 41 :
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya : "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)."(QS. Ar Ruum 30:41)Mudah-mudahan keselamatan dan kedamaian terwujud setelah kita mengusir 15 perkara diatas. Insya Allah...
MENATA AKHLAQ Menuju Ridha dan Cinta-NYA
♥Ibu ,Ajari Aku untuk Memilih Pendamping Hidup ♥
...
♥☆˚◦☀°•˚◦♥♥◦˚•°☀◦˚☆♥♥☆˚◦☀°•˚◦♥ ♥◦˚•°☀◦˚☆♥
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Suatu hari seorang anak lelaki bertanya kepada sang ibu....Ibu, jika kelak anakmu ini akan menikah, istri seperti apa yang mesti kupilih?"
Sang Ibu yang bijak pun menjawab,"Nak, seorang istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilanglah resahmu, saat kau pamit menjemput rizki ia lambaikan tangannya sambil mendoakanmu....
Tak lupa sang Ibu bersyair lirih...
Mencipta rumahnya seindah syurga,menjaga anaknya sebening mata,qonaah adalah selendangnya , sejuk di kalbunya dan tunduk pandangannya.
Tapi Ibu... Aku kan belum tahu sifatnya, bagaimana aku dapat mengenalnya? sang anak menyela. Sang Ibu pun menjawab: "Nak... jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu, lihatlah bagaimana ia memuliakan ayah bundanya . Jika kau ingin tau apakah ia kasih terhadap anak-anakmu kelak , lihatlah perlakuannya terhadap adik kakaknya."
"Nak... Jodohmu sudah ada di tangan Allah, jangan pernah kau khawatirkan. Khawatirlah jika kau belum bisa memperbaiki diri.. khawatirlah bila kau belum pantas menjadi seorang suami bagi pendampingmu. ..khawatirlah jika ibadahmu hanya untuk dilihat olehnya...
Nak, perbaikilah akhlaqmu, maka kau kan dapatkan gadis pujaan hatimu. Luruskan niatmu, maka kau kan dapatkan bidadari dunia akhiratmu, sempurnakan ikhtiarmu, maka jodohmu kan mendekat padamu..
Sang anak pun mulai mengerti, ia membalas syair sang Ibu...
Apabila telah tiba masaku,untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan yang Allah berikan kepadaku
Insya Allah segera kutunaikan janjiku
Tapi... bila kuraba hati ini
Terbersit pertanyaan silih berganti ..apakah semua ini kulakukan terlalu dini?
Berdegup jantung di dada kendalikan diri
Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
Akhirnya aku segera tersadar
Hanya kepada Allah lah tempat ku bersandar yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar
Sang Ibu tersenyum dan mendoakan anak tercintanya dengan penuh sadar.
◦☀°•˚◦♥♥◦˚•°☀◦˚☆♥♥☆˚◦☀°•˚◦♥♥◦˚ •°☀◦
...
♥☆˚◦☀°•˚◦♥♥◦˚•°☀◦˚☆♥♥☆˚◦☀°•˚◦♥
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Suatu hari seorang anak lelaki bertanya kepada sang ibu....Ibu, jika kelak anakmu ini akan menikah, istri seperti apa yang mesti kupilih?"
Sang Ibu yang bijak pun menjawab,"Nak, seorang istri yang baik adalah dia yang saat kau pandang hilanglah resahmu, saat kau pamit menjemput rizki ia lambaikan tangannya sambil mendoakanmu....
Tak lupa sang Ibu bersyair lirih...
Mencipta rumahnya seindah syurga,menjaga anaknya sebening mata,qonaah adalah selendangnya , sejuk di kalbunya dan tunduk pandangannya.
Tapi Ibu... Aku kan belum tahu sifatnya, bagaimana aku dapat mengenalnya? sang anak menyela. Sang Ibu pun menjawab: "Nak... jika kau ingin melihat kasih sayangnya padamu, lihatlah bagaimana ia memuliakan ayah bundanya . Jika kau ingin tau apakah ia kasih terhadap anak-anakmu kelak , lihatlah perlakuannya terhadap adik kakaknya."
"Nak... Jodohmu sudah ada di tangan Allah, jangan pernah kau khawatirkan. Khawatirlah jika kau belum bisa memperbaiki diri.. khawatirlah bila kau belum pantas menjadi seorang suami bagi pendampingmu. ..khawatirlah jika ibadahmu hanya untuk dilihat olehnya...
Nak, perbaikilah akhlaqmu, maka kau kan dapatkan gadis pujaan hatimu. Luruskan niatmu, maka kau kan dapatkan bidadari dunia akhiratmu, sempurnakan ikhtiarmu, maka jodohmu kan mendekat padamu..
Sang anak pun mulai mengerti, ia membalas syair sang Ibu...
Apabila telah tiba masaku,untuk segera mengakhiri lajangku
Dengan segenap kemampuan yang Allah berikan kepadaku
Insya Allah segera kutunaikan janjiku
Tapi... bila kuraba hati ini
Terbersit pertanyaan silih berganti ..apakah semua ini kulakukan terlalu dini?
Berdegup jantung di dada kendalikan diri
Namun pernikahan begitu indah kudengar
Membuatku ingin segera melaksanakan
Namun bila kulihat aral melintang
Hatiku selalu maju mundur dibuatnya
Akhirnya aku segera tersadar
Hanya kepada Allah lah tempat ku bersandar yang akan menguatkan hatiku yang terkapar
Insya Allah azzamku akan terwujud lancar
Sang Ibu tersenyum dan mendoakan anak tercintanya dengan penuh sadar.
◦☀°•˚◦♥♥◦˚•°☀◦˚☆♥♥☆˚◦☀°•˚◦♥♥◦˚
Jumat, 28 Oktober 2011
RENAH INDOJATI
RENAH INDOJATI, Harapan Masyarakat di Ujung Selatan (Tapan, Inderapura, Lunang & Silaut)
Posted by: Tomi on: 2 Oktober 2010
Daerah Renah Indojati terdiri dari 4 nagari adat (Inderapura, Tapan, Lunang & Silaut) yang membentuk suatu kesatuan budaya yang sedikit berbeda dengan daerah sekitarnya.
Secara Administratif Renah Indojati adalah 3 Kecamatan (Pancung Soal, Basa Ampek Balai Tapan & Lunang Silaut) yang merupakan bagian paling selatan dari Kab. Pesisir Selatan Prov. Sumatera Barat, yang berbatasan dengan Prov. Bengkulu & Prov jambi.
Desakan pembentukan daerah otonom baru timbul dari bawah, karena masyarakat Renah Indojati ingin mendekatkan pelayanan publik ke bawah, yang merupakan salah satu solusi untuk mempercepat pemerataan pembangunan yang selama ini terhambat karena jauhnya jarak dari Ibukota Provinsi ditambah lagi jauh dari Ibukota Kabupaten. Pemekaran ini sangat perlu untuk diwujudkan mengingat sulitnya pelayanan dan terbenturnya pembangunan karena jumlah penduduk yang banyak dan daerah Pesisir Selatan yang sangat luas, sebagai kabupaten terluas di Sumatera Barat.
Selain itu, Renah indojati sebagai bagian dari Pesisir Selatan yang letaknya sangat jauh dari pusat pemerintahan, memiliki wilayah, jumlah penduduk, Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan persyaratan teknis lainnya yang cukup untuk menjadi sebuah kabupaten, sehingga perlu untuk dibentuk Kabupaten Renah Indojati.
Usaha untuk mewujudkan pemekaran telah dilakukan oleh masyarakat sejak tahun 2000, bahkan pada tahun 2003 telah dibentuk Presidium Pemekaran untuk mempersiapkan dan menfasilitasi Kabupaten baru tersebut, namun usaha-usaha itu selalu kandas karena terbenturnya pada kesediaan dari kabupaten induk, padahal syarat admininistratif yang dibutuhkan telah dipenuhi, maupun syarat teknis. Oleh karena itu sejak keluarnya PP No, 78 tahun 2007 yang mensyaratkan minimal lima kecamatan untuk satu kabupaten, ini makin mempersulit terwujudnya keinginan masyarakat tersebut, karena telah diusahakan memekarkan tiga kecamatan di Renah Indojati untuk menjadi lima belum juga dikabulkan oleh Pesisir Selatan.
Sekarang masyarakat sangat berharap kabupaten baru ini segera terbentuk, Bupati Pesisir Selatan dan Gubernur Sumatera Barat terpilih diharapkan dapat memfasilitasi dengan serius keinginan masayarakat di ujung selatan tersebut, mereka juga menaruh harapan kepada delapan orang perwakilan mereka di DPRD Pesisir Selatan, dan di DPRD Sumatera Barat maupun DPR RI, agar anggota dewan tersebut benar-benar serius memperjuangkan aspirasi rakyat.
*Penulis adalah Sekretaris Umum IMAPESS UNP (Ikatan Mahasiswa Pesisir Selatan Universitas Negeri Padang)*
KERAJAAN INDERAPURA
Kerajaan Inderapura merupakan sebuah kerajaan yang berada di wilayah kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat sekarang, berbatasan dengan Provinsi Bengkulu dan Jambi. Secara resmi kerajaan ini pernah menjadi bawahan (vazal) Kerajaan Pagaruyung. Walau pada prakteknya kerajaan ini berdiri sendiri serta bebas mengatur urusan dalam dan luar negerinya.
Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat Sumatera mulai dari Padang di utara sampai Sungai Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura adalah lada, dan juga emas.
Inderapura dikenal juga sebagai Ujung Pagaruyung. Melemahnya kekuasaan Pagaruyung selama abad ke-15, beberapa daerah pada kawasan pesisir Minangkabau lainnya, seperti Inderagiri, Jambi, dan Inderapura dibiarkan mengurus dirinya sendiri.[1]
Namun perkembangan Inderapura baru benar-benar dimulai saat Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Arus perdagangan yang tadinya melalui Selat Malaka sebagian besar beralih ke pantai barat Sumatera dan Selat Sunda. Perkembangan dan ekspansi Inderapura terutama ditunjang oleh lada.[1]
Kapan tepatnya Inderapura mencapai status negeri merdeka tidak diketahui dengan pasti. Namun diperkirakan, ini bertepatan dengan mulai maraknya perdagangan lada di wilayah tersebut. Pada pertengahan abad keenam belas didorong usaha penanaman lada batas selatan Inderapura mencapai Silebar (sekarang di Provinsi Bengkulu). Pada masa ini Inderapura menjalin persahabatan dengan Banten dan Aceh.
Saat Kesultanan Aceh melakukan ekspansi sampai wilayah Pariaman. Inderapura menghentikan ekspansi tersebut dengan menjalin persahabatan dengan Aceh melalui ikatan perkawinan antara Raja Dewi, putri Sultan Munawar Syah dari Inderapura,[2] dengan Sultan Firman Syah, saudara raja Aceh saat itu, Sultan Ali Ri'ayat Syah (1568-1575). Lewat hubungan perkawinan ini dan kekuatan ekonominya Inderapura mendapat pengaruh besar di Kotaraja (Banda Aceh), bahkan para hulubalang dari Inderapura disebut-sebut berkomplot dalam pembunuhan putra Sultan Ali Ri'ayat Syah, sehingga melancarkan jalan buat suami Raja Dewi naik tahta dengan nama Sultan Sri Alam pada 1576. Walau kekuasaannya hanya berlangsung selama tiga tahun sebelum tersingkir dari tahtanya karena pertentangan dengan para ulama di Aceh.
Namun pengaruh Inderapura terus bertahan di Kesultanan Aceh, dari 1586 sampai 1588 salah seorang yang masih berkaitan dengan Raja Dewi, memerintah dengan gelar Sultan Ali Ri'ayat Syah II atau Sultan Buyong,[3] sebelum akhirnya terbunuh oleh intrik ulama Aceh.[1]
Setelah ekspedisi penghukuman tahun 1633 oleh Kesultanan Aceh, sampai tahun 1637 Inderapura tetap tidak mampu mendongkrak hasil pertaniannya mencapai hasil yang telah diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Di saat penurunan pengaruh Aceh, Sultan Muzzaffar Syah mulai melakukan konsolidasi kekuatan, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Sultan Muhammad Syah yang naik tahta sekitar tahun 1660 dan mulai kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Belanda dan Inggris.
Inderapura juga berusaha mengelak dari membayar cukai pada para panglima Aceh. Ini memancing kemarahan penguasa Aceh yang mengirim armadanya pada 1633 untuk menghukum Inderapura. Raja Puti yang memerintah Inderapura saat itu dihukum mati beserta beberapa bangsawan lainnya, dan banyak orang ditawan dan dibawa ke Kotaraja. Aceh menempatkan panglimanya di Inderapura dan Raja Malfarsyah diangkat menjadi raja menggantikan Raja Puti.
Di bawah pengganti Iskandar Muda, Sultan Iskandar Tsani kendali Aceh melemah. Pada masa pemerintahan Ratu Tajul Alam pengaruh Aceh di Inderapura mulai digantikan Belanda (VOC).[1] Dominasi VOC diawali ketika Sultan Muhammad Syah meminta bantuan Belanda memadamkan pemberontakan di Inderapura pada tahun 1662. Pemberontakan ini dipicu oleh tuntutan Raja Adil yang merasa mempunyai hak atas tahta Inderapura berdasarkan sistem matrilineal. Akibatnya Sultan Inderapura terpaksa melarikan diri beserta ayah dan kerabatnya. Kemudian Sultan Mansur Syah, dikirim ke Batavia menanda-tangani perjanjian yang disepakati tahun 1663 dan memberikan VOC hak monopoli pembelian lada, dan hak pengerjaan tambang emas.[4] Pada Oktober 1663 pemerintahan Inderapura kembali pulih, dan Sultan Inderapura mengakui Raja Adil sebagai wakilnya yang berkedudukan di Manjuto.[5][1]
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para pelaut Bugis yang dipimpin oleh Daeng Maruppa yang kemudian menikah dengan saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan Daeng Mabela yang bergelar Sultan Seian,[6] berdasarkan catatan Inggris, Daeng Mabela pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis untuk EIC.[7]
Sultan Muhammad Syah digantikan oleh anaknya Sultan Mansur Syah (1691-1696), pada masa pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul. Namun pada tahun 1696 Sultan Mansur Syah meninggal dunia dan digantikan oleh Raja Pesisir, yang baru berusia 6 tahun dan pemerintahannya berada dibawah perwalian neneknya.[8] Puncak perlawanan rakyat Inderapura menyebabkan hancurnya pos VOC di Pulau Cingkuak, sebagai reaksi terhadap serbuan itu, tanggal 6 Juni 1701 VOC membalas dengan mengirim pasukan dan berhasil mengendalikan Inderapura.
Inderapura akhirnya benar-benar runtuh pada 1792 ketika garnisun VOC di Air Haji menyerbu Inderapura karena pertengkaran komandannya dengan Sultan Inderapura, kemudian Sultan Inderapura mengungsi ke Bengkulu dan meninggal di sana (1824).[9]
Untuk kawasan utara, disebut dengan Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) yang dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari 10 daerah atau nagari (negeri), yang juga masing-masing dipimpin oleh 10 orang penghulu.[1]
Pada kawasan bagian selatan, di mana sistem pemerintahan yang terdiri dari desa-desa berada di bawah wewenang peroatin (kepala yang bertanggung jawab menyelesaikan sengketa di muara sungai). Peroatin ini pada awalnya berjumlah 59 orang (peroatin nan kurang satu enam puluh). Para menteri dan peroatin ini tunduk pada kekuasaan raja atau sultan.
Pada penghujung abad ketujuh belas para peroatin masih berfungsi sebagai kepala wilayah. Namun tugas-tugas menteri mulai bergeser seiring dengan proses terlepasnya Inderapura menjadi kerajaan terpisah dari Pagaruyung. Menteri Dua Puluh Koto di Inderapura bertindak sebagai penasihat kerajaan. Menteri Empat Belas Koto bertugas mengatur rumah tangga istana, sedangkan Menteri Lima Koto bertanggung jawab atas pertahanan.[1]
Walau pada tahun 1691 kawasan Anak Sungai di bawah Raja Adil, melepaskan diri dari Inderapura dan menjadi kerajaan sendiri, yang pada awalnya didukung oleh Inggris. Namun tidak lama berselang ia mangkat dan digantikan oleh anaknya yang bergelar Sultan Gulemat (1691-1716). Sultan Gulemat tidak berhasil menjadikan kawasan itu stabil dan kemudian juga kehilangan dukungan dari para menteri yang ada pada kawasan tersebut.[12]
Kerajaan ini pada masa jayanya meliputi wilayah pantai barat Sumatera mulai dari Padang di utara sampai Sungai Hurai di selatan. Produk terpenting Inderapura adalah lada, dan juga emas.
Inderapura dikenal juga sebagai Ujung Pagaruyung. Melemahnya kekuasaan Pagaruyung selama abad ke-15, beberapa daerah pada kawasan pesisir Minangkabau lainnya, seperti Inderagiri, Jambi, dan Inderapura dibiarkan mengurus dirinya sendiri.[1]
Namun perkembangan Inderapura baru benar-benar dimulai saat Malaka jatuh ke tangan Portugis pada 1511. Arus perdagangan yang tadinya melalui Selat Malaka sebagian besar beralih ke pantai barat Sumatera dan Selat Sunda. Perkembangan dan ekspansi Inderapura terutama ditunjang oleh lada.[1]
Kapan tepatnya Inderapura mencapai status negeri merdeka tidak diketahui dengan pasti. Namun diperkirakan, ini bertepatan dengan mulai maraknya perdagangan lada di wilayah tersebut. Pada pertengahan abad keenam belas didorong usaha penanaman lada batas selatan Inderapura mencapai Silebar (sekarang di Provinsi Bengkulu). Pada masa ini Inderapura menjalin persahabatan dengan Banten dan Aceh.
Saat Kesultanan Aceh melakukan ekspansi sampai wilayah Pariaman. Inderapura menghentikan ekspansi tersebut dengan menjalin persahabatan dengan Aceh melalui ikatan perkawinan antara Raja Dewi, putri Sultan Munawar Syah dari Inderapura,[2] dengan Sultan Firman Syah, saudara raja Aceh saat itu, Sultan Ali Ri'ayat Syah (1568-1575). Lewat hubungan perkawinan ini dan kekuatan ekonominya Inderapura mendapat pengaruh besar di Kotaraja (Banda Aceh), bahkan para hulubalang dari Inderapura disebut-sebut berkomplot dalam pembunuhan putra Sultan Ali Ri'ayat Syah, sehingga melancarkan jalan buat suami Raja Dewi naik tahta dengan nama Sultan Sri Alam pada 1576. Walau kekuasaannya hanya berlangsung selama tiga tahun sebelum tersingkir dari tahtanya karena pertentangan dengan para ulama di Aceh.
Namun pengaruh Inderapura terus bertahan di Kesultanan Aceh, dari 1586 sampai 1588 salah seorang yang masih berkaitan dengan Raja Dewi, memerintah dengan gelar Sultan Ali Ri'ayat Syah II atau Sultan Buyong,[3] sebelum akhirnya terbunuh oleh intrik ulama Aceh.[1]
[sunting] Perekonomian
Berdasarkan laporan Belanda, pada tahun 1616 Inderapura digambarkan sebagai sebuah kerajaan yang makmur dibawah pemerintahan Raja Itam, serta sekitar 30.000 rakyatnya terlibat dalam pertanian dan perkebunan yang mengandalkan komoditi beras dan lada. Selanjutnya pada masa Raja Besar sekitar tahun 1624, VOC berhasil membuat perjanjian dalam pengumpulan hasil pertanian tersebut langsung dimuat ke atas kapal tanpa mesti merapat dulu di pelabuhan, serta dibebaskan dari cukai pelabuhan. Begitu juga pada masa Raja Puti, pengganti Raja Besar, Inderapura tetap menerapkan pelabuhan bebas cukai dalam mendorong perekonomiannya.[1]Setelah ekspedisi penghukuman tahun 1633 oleh Kesultanan Aceh, sampai tahun 1637 Inderapura tetap tidak mampu mendongkrak hasil pertaniannya mencapai hasil yang telah diperoleh pada masa-masa sebelumnya. Di saat penurunan pengaruh Aceh, Sultan Muzzaffar Syah mulai melakukan konsolidasi kekuatan, yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya Sultan Muhammad Syah yang naik tahta sekitar tahun 1660 dan mulai kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Belanda dan Inggris.
[sunting] Penurunan
Di bawah Sultan Iskandar Muda, kesultanan Aceh seraya memerangi negeri-negeri penghasil lada di Semenanjung Malaya, dan juga berusaha memperkuat cengkeramannya atas monopoli lada dari pantai barat Sumatera. Kendali ketat para wakil Aceh (disebut sebagai panglima) di Tiku dan Pariaman atas penjualan lada mengancam perdagangan Inderapura lewat pelabuhan di utara. Karena itu Inderapura mulai mengembangkan bandarnya di selatan, Silebar, yang biasanya digunakan untuk mengekspor lada lewat Banten.Inderapura juga berusaha mengelak dari membayar cukai pada para panglima Aceh. Ini memancing kemarahan penguasa Aceh yang mengirim armadanya pada 1633 untuk menghukum Inderapura. Raja Puti yang memerintah Inderapura saat itu dihukum mati beserta beberapa bangsawan lainnya, dan banyak orang ditawan dan dibawa ke Kotaraja. Aceh menempatkan panglimanya di Inderapura dan Raja Malfarsyah diangkat menjadi raja menggantikan Raja Puti.
Di bawah pengganti Iskandar Muda, Sultan Iskandar Tsani kendali Aceh melemah. Pada masa pemerintahan Ratu Tajul Alam pengaruh Aceh di Inderapura mulai digantikan Belanda (VOC).[1] Dominasi VOC diawali ketika Sultan Muhammad Syah meminta bantuan Belanda memadamkan pemberontakan di Inderapura pada tahun 1662. Pemberontakan ini dipicu oleh tuntutan Raja Adil yang merasa mempunyai hak atas tahta Inderapura berdasarkan sistem matrilineal. Akibatnya Sultan Inderapura terpaksa melarikan diri beserta ayah dan kerabatnya. Kemudian Sultan Mansur Syah, dikirim ke Batavia menanda-tangani perjanjian yang disepakati tahun 1663 dan memberikan VOC hak monopoli pembelian lada, dan hak pengerjaan tambang emas.[4] Pada Oktober 1663 pemerintahan Inderapura kembali pulih, dan Sultan Inderapura mengakui Raja Adil sebagai wakilnya yang berkedudukan di Manjuto.[5][1]
Pada masa Sultan Muhammad Syah, Inderapura dikunjungi oleh para pelaut Bugis yang dipimpin oleh Daeng Maruppa yang kemudian menikah dengan saudara perempuan Sultan Muhammad Syah, kemudian melahirkan Daeng Mabela yang bergelar Sultan Seian,[6] berdasarkan catatan Inggris, Daeng Mabela pada tahun 1688 menjadi komandan pasukan Bugis untuk EIC.[7]
Sultan Muhammad Syah digantikan oleh anaknya Sultan Mansur Syah (1691-1696), pada masa pemerintahannya bibit ketidakpuasan rakyatnya atas penerapan cukai yang tinggi serta dominasi monopoli dagang VOC kembali muncul. Namun pada tahun 1696 Sultan Mansur Syah meninggal dunia dan digantikan oleh Raja Pesisir, yang baru berusia 6 tahun dan pemerintahannya berada dibawah perwalian neneknya.[8] Puncak perlawanan rakyat Inderapura menyebabkan hancurnya pos VOC di Pulau Cingkuak, sebagai reaksi terhadap serbuan itu, tanggal 6 Juni 1701 VOC membalas dengan mengirim pasukan dan berhasil mengendalikan Inderapura.
Inderapura akhirnya benar-benar runtuh pada 1792 ketika garnisun VOC di Air Haji menyerbu Inderapura karena pertengkaran komandannya dengan Sultan Inderapura, kemudian Sultan Inderapura mengungsi ke Bengkulu dan meninggal di sana (1824).[9]
[sunting] Pemerintahan
Secara etimologi Inderapura berasal dari Bahasa Sansekerta, dan dapat bermakna Kota Raja. Inderapura pada awalnya adalah kawasan rantau dari Minangkabau, merupakan kawasan pesisir di pantai barat Pulau Sumatera. Sebagai kawasan rantau, Inderapura dipimpin oleh wakil yang ditunjuk dari Pagaruyung dan bergelar Raja[10] kemudian juga bergelar Sultan. Raja Inderapura diidentifikasikan sebagai putra Raja Alam atau Yang Dipertuan Pagaruyung.[11][sunting] Wilayah kekuasaan
Pada akhir abad ketujuh belas pusat wilayah Inderapura, mencakup lembah sungai Airhaji dan Batang Inderapura, terdiri atas dua puluh koto. Masing-masing koto diperintah oleh seorang menteri, yang berfungsi seperti penghulu di wilayah Minangkabau lainnya. Sementara pada daerah Anak Sungai, yang mencakup lembah Manjuto dan Airdikit (disebut sebagai Negeri Empat Belas Koto), dan Muko-muko (Lima Koto), sistem pemerintahannya tidak jauh berbeda.Untuk kawasan utara, disebut dengan Banda Sapuluah (Bandar Sepuluh) yang dipimpin oleh Rajo nan Ampek (4 orang yang bergelar raja; Raja Airhaji, Raja Bungo Pasang, Raja Kambang, Raja Palangai). Kawasan ini merupakan semacam konfederasi dari 10 daerah atau nagari (negeri), yang juga masing-masing dipimpin oleh 10 orang penghulu.[1]
Pada kawasan bagian selatan, di mana sistem pemerintahan yang terdiri dari desa-desa berada di bawah wewenang peroatin (kepala yang bertanggung jawab menyelesaikan sengketa di muara sungai). Peroatin ini pada awalnya berjumlah 59 orang (peroatin nan kurang satu enam puluh). Para menteri dan peroatin ini tunduk pada kekuasaan raja atau sultan.
Pada penghujung abad ketujuh belas para peroatin masih berfungsi sebagai kepala wilayah. Namun tugas-tugas menteri mulai bergeser seiring dengan proses terlepasnya Inderapura menjadi kerajaan terpisah dari Pagaruyung. Menteri Dua Puluh Koto di Inderapura bertindak sebagai penasihat kerajaan. Menteri Empat Belas Koto bertugas mengatur rumah tangga istana, sedangkan Menteri Lima Koto bertanggung jawab atas pertahanan.[1]
Walau pada tahun 1691 kawasan Anak Sungai di bawah Raja Adil, melepaskan diri dari Inderapura dan menjadi kerajaan sendiri, yang pada awalnya didukung oleh Inggris. Namun tidak lama berselang ia mangkat dan digantikan oleh anaknya yang bergelar Sultan Gulemat (1691-1716). Sultan Gulemat tidak berhasil menjadikan kawasan itu stabil dan kemudian juga kehilangan dukungan dari para menteri yang ada pada kawasan tersebut.[12]
[sunting] Daftar Raja Inderapura
Berikut adalah daftar Raja Inderapura.Tahun | Nama atau gelar | Catatan dan peristiwa penting |
---|---|---|
1550 | Sultan Munawar Syah Raja Mamulia | |
1580 | Raja Dewi | |
1616 | Raja Itam | |
1624 | Raja Besar | |
1625 | Raja Puti | |
1633 | Sultan Muzzaffar Syah Raja Malfarsyah | |
1660 | Sultan Muhammad Syah | Raja Adil menuntut hak yang sama. |
1691 | Sultan Mansur Syah | Sultan Gulemat putra Raja Adil berkedudukan di Manjuto melepaskan diri dari Inderapura. |
1696 | Raja Pesisir | |
1760 | Raja Pesisir II | |
1790 | Raja Pesisir III |
[sunting] Inderapura dalam fiksi
Hulubalang Raja, novel karangan Nur Sutan Iskandar yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka tahun 1934, antara lain menceritakan pemberontakan rakyat Inderapura terhadap Sultan Muhammadsyah yang terjadi tahun 1662. Menurut cerita ini, pemberontakan tersebut terpicu oleh ulah istri Sultan Muhammadsyah yang membunuh saudara Raja Adil.[13][sunting] Rujukan
- ^ a b c d e f g h Kathirithamby-Wells, J. (1976). "The Inderapura Sultanate: The Foundation of its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Century". Indonesia 21: 65-84.
- ^ Iskandar, T., (1966), Bustanu's-Salatin, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
- ^ Lombard, D., (2006), Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636), Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, ISBN 979-9100-49-6.
- ^ Kathirithamby-Wells, J., (1969), Achehnese Control over West Sumatra up to the Treaty of Painan of 1663, JSEAH 10, 3:453-479.
- ^ Daghregister, February 17, 1664, p. 48.
- ^ Helfrich, O. L., (1923), De Adel van Bengkoelen en Djambi (1892-1901), Adatrechtbundels, XXll:Gemengd, 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff, pp. 316-319.
- ^ Winter, (1874), De familie Daing Mabela., volgens een Maleisch handscbrilt, Tijdschrift voor Nederlandsch-Indie, Vol. 3, no. 2, pp. 115-121.
- ^ Coolhaas, W.P. (1964). "Generale Missiven der V.O.C.". Journal of Southeast Asian History 2 (7). doi:10.1017/S0217781100003318.
- ^ Amran, Rusli (23 Oktober 1981). Sumatra Barat hingga Plakat Panjang. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan.
- ^ Translation of the Undang Undang of Moco Moco, by Richard Farmer, Governor of Benkulen (1717-18), in Malayan Miscellanies, 11/13 (1822), pp. 8-9.
- ^ Netscher, E., (1850), Verzameling van over1everingen van het rijk van Manangkabau uit het oorspronkelijk Maleisch vertaald, Indisch Archief, II/2.
- ^ Kathirithamby-Wells J. et al, (1985), Syair Mukomuko: Some Historical Aspects of a Nineteenth Century Sumatran Court Chronicle, Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society Monograph No. 13, Kuala Lumpur.
- ^ Maman S. Mahayana dkk. Ringkasan dan ulasan novel Indonesia Modern. Jakarta: Grasindo, 2007, hal. 50-53
[sunting] Bacaan lebih lanjut
- Kathirithamby-Wells, J. (April 1976). "The Inderapura Sultanate: The Foundation of its Rise and Decline, from the Sixteenth to the Eighteenth Century". Indonesia 21. http://www.jstor.org/pss/3350957.
- A.A. Navis, 1984, Alam Takambang Jadi Guru, Jakarta: PT. Pustaka Grafitipers
- Puti Balkis Alisjahbana, 1996, Natal ranah nan data. Jakarta: Dian Rakyat
- Rusli Amran, 1981, Sumatera Barat Hingga Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan
- Rusli Amran, 1985, Sumatera Barat Plakat Panjang. Jakarta: Sinar Harapan
- Stibe, 1939, Encyclopedie Van Nederlansch Indie. S. Graven Hage: Arsip Nasional
- Herwandi, 2003, Rakena: Mandeh Rubiah penerus kebesaran bundo kanduang dalam penggerogotan tradisi, Padang: Museum Adityawarman
- A. Samad Idris, 1990, Payung Terkembang, Kuala Lumpur: Pustaka Budiman
[sunting] Pranala luar
KATA-KATA MUTIARA
Ketika satu pintu kebahagiaan tertutup, pintu yang lain dibukakan. Tetapi acapkali kita terpaku terlalu lama pada pintu yang tertutup sehingga tidak melihat pintu lain yang dibukakan bagi kita.
Jangan tertarik kepada seseorang karena parasnya, sebab keelokan paras dapat menyesatkan. Jangan pula tertarik kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah. Tertariklah kepada seseorang yang dapat membuatmu tersenyum, karena hanya senyum yang dapat membuat hari-hari yang gelap menjadi cerah. Semoga kamu menemukan orang seperti itu.
Bermimpilah tentang apa yang ingin kamu impikan, pergilah ke tempat-tempat kamu ingin pergi, jadilah seperti yang kamu inginkan, karena kamu hanya memiliki satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan hal-hal yang ingin kamu lakukan.
Memberikan seluruh cintamu kepada seseorang bukanlah jaminan dia akan membalas cintamu! Jangan mengharapkan balasan cinta, tunggulah sampai cinta berkembang di hatinya, tetapi jika tidak, berbahagialah karena cinta tumbuh di hatimu.
Ada saat-saat dalam hidup ketika kamu sangat merindukan seseorang, sehingga ingin hati menjemputnya dari alam mimpi dan memeluknya dalam alam nyata. Semoga kamu memimpikan orang seperti itu.
Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan yang cukup untuk membuatmu baik hati, cobaan yang cukup untuk membuatmu kuat, kesedihan yang cukup untuk membuatmu manusiawi, pengharapan yang cukup untuk membuatmu bahagia dan uang yang cukup untuk membeli hadiah-hadiah.
Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita milik sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya.
Sahabat terbaik adalah dia yang dapat duduk berayun-ayun di beranda bersamamu, tanpa mengucapkan sepatah katapun, dan kemudian kamu meninggalkannya dengan perasaan telah bercakap-cakap lama dengannya.
Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
Pandanglah segala sesuatu dari kacamata orang lain. Apabila hal itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin hal itu menyakitkan hati orang itu pula.
Kata-kata yang diucapkan sembarangan dapat menyulut perselisihan. Kata-kata yang kejam dapat menghancurkan suatu kehidupan. Kata-kata yang diucapkan pada tempatnya dapat meredakan ketegangan. Kata-kata yang penuh cinta dapat menyembuhkan dan memberkahi.
Orang-orang yang paling berbahagia tidak selalu memiliki hal-hal terbaik, mereka hanya berusaha menjadikan yang terbaik dari setiap hal yang hadir dalam hidupnya.
Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dengan beberapa orang yang salah sebelum bertemu dengan orang yang tepat, kita harus mengerti bagaimana berterima kasih atas karunia itu.
Hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Cinta adalah jika kamu kehilangan rasa, gairah, romantika dan masih tetap peduli padanya.
Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia.
Kebahagiaan tersedia bagi mereka yang menangis, mereka yang disakiti hatinya, mereka yang mencari dan mereka yang mencoba. Karena hanya mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam hidup mereka.
Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu dan mendapati pada akhirnya bahwa tidak demikian adanya dan kamu harus melepaskannya.
Cinta dimulai dengan sebuah senyuman, bertumbuh dengan sebuah ciuman dan berakhir dengan tetesan air mata.
Cinta datang kepada mereka yang masih berharap sekalipun pernah dikecewakan, kepada mereka yang masih percaya sekalipun pernah dikhianati, kepada mereka yang masih mencintai sekalipun pernah disakiti hatinya.
Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang tidak mencintaimu, tetapi yang lebih menyakitkan adalah mencintai seseorang dan tidak pernah memiliki keberanian untuk mengutarakan cintamu kepadanya.
Masa depan yang cerah selalu tergantung kepada masa lalu yang dilupakan, kamu tidak dapat hidup terus dengan baik jika kamu tidak melupakan kegagalan dan sakit hati di masa lalu.
Waktu kamu lahir, kamu menangis dan orang-orang di sekelilingmu tersenyum – jalanilah hidupmu sehingga pada waktu kamu meninggal, kamu tersenyum dan orang-orang di sekelilingmu menangis.
Ada hal-hal yang sangat ingin kamu dengar tetapi tidak akan pernah kamu dengar dari orang yang kamu harapkan untuk mengatakannya. Namun demikian janganlah menulikan telinga untuk mendengar dari orang yang mengatakannya dengan sepenuh hati.
Jangan pernah mengucapkan selamat tinggal jika kamu masih mau mencoba, jangan pernah menyerah jika kamu masih merasa sanggup jangan pernah mengatakan kamu tidak mencintainya lagi jika kamu masih tidak dapat melupakannya
Langganan:
Postingan (Atom)